Langsung ke konten utama

Generasi Micin: Benarkah Makan Micin Bikin Bego?

Image result for msg
source:deliciousliving.com
Kamu pasti udah ga asing kan mendengar kata micin?. Yap, Micin atau MSG atau Monosodium Glutamat berbentuk kristal putih yang digunakan sebagai bahan tambahan penyedap rasa. MSG terdiri dari 12% sodium atau natrium, 78% glutamat (komponen protein) dan 10% air. Rasa yang ditimbulkan dari MSG ini bersifat umami yang tentunya jika ditambahkan dalam masakan akan meningkatkan cita rasa. Seiring perkembangan zaman dan teknologi, informasi tentang kesehatan, produk pangan sangat mudah diakses oleh sebagian besar orang. Namun sayangnya, perkembangan tersebut tidak diiringi dengan pencarian informasi yang akurat mengenai kebenaran berita tersebut. Salah satunya adalah MSG yang akhir-akhir ini sering kita mendengar istilah "generasi micin, generasi bego". Namun, apakah benar secara ilmiah micin tersebut bikin bego? Yuk simak faktanya!

MSG tidak mengandung bahan berbahaya

Produk MSG yang secara komersial memiliki nomor registrsi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan aman untuk dikonsumsi. MSG dikelompokkan menjadi Bahan Tambahan Pangan (BTP) penguat rasa juga ditetapkan dalam peraturan Menteri Kesehatan No 33 tahun 2012.

MSG bikin bego

Sampai saat ini belum ada lo bukti ilmiah yang membuktikan bahwa MSG dapat mrusak saraf otak manusia. Memang penelitian Olney (1969) sempat membuat publik heboh dikarenakan penelitiannya pada bayi tikus dapat menyebabkan kerusakan otak. Namun, kalo kita menelaah lagi penelitian tersebut dilakukan pada tikus dengan dosis 500-4000 mg/kg berat badan yang jika dikonversi menjadi dosis ke manusia sekitar 38.500-307.000 mg MSG/hari. Wow, sepertinya gak mungkin ya kita mengonsumsi satu kali MSG sebanyak itu.

Ada orang yang alergi MSG

Image result for alergi
Makanan dapat menjadi sebagai sumber pembawa alergen (zat yang dapat memicu terjadinya alergi). MSG yang salah satu komposisinya adalah komponen protein atau asam amino sangat mungkin dapat menyebabkan alergi bagi orang yang sensitif. Orang yang alergi atau sensitif terhadap MSG sangat mungkin efeknya akan berbeda satu sama lain. Oleh sebab itu, menyimpulkan secara umum MSG dapat menyebabkan efek buruk bagi semua orang adalah tidak tepat.

Label pangan "Tanpa MSG" itu dilarang

Image result for label tanpa msg
Kalian pernah lihat atau menemukan produk yang menuliskan "No MSG", "Tanpa MSG"?. Nah, sesungguhnya Food and Drug Administration (FDA) dan BPOM melarang pencantuman "Tanpa MSG" pada bahan pangan. Hal ini disebabkan komponen MSG yaitu natrium, glutamat dan air terdapat secara alami dari bahan pangan. Artinya, kamu ga makan MSG pun tetap dapat komponen itu dari makanan lain seperti seafood, kacang-kacangan, telur dll.

Boleh berarti ga berlebihan

Meskipun secara ilmiah MSG aman untuk dikonsumsi, tetap saja sebagai konsumen kita tetap harus bijak dalam mencermati makanan yang masuk dalam tubuh kita. Karena salah satu komponen MSG adalah natrium, untuk penderita hipertensi perlu bijak dalam mengonsumsinya. Hal ini dikarenakan MSG memiliki efek rasa umami yang meningkatkan cita rasa sehingga kemungkinan akan menambah asupan natrium secara terus menerus. Ibaratnya, nambah lagi nambah lagi.....

Sekian informasinya tentang MSG semoga bermanfaat!

Komentar

  1. Izin promo ya Admin^^
    bosan tidak ada yang mau di kerjakan, mau di rumah saja suntuk,
    mau keluar tidak tahu mesti kemana, dari pada bingung
    mari bergabung dengan kami di ionqq^^com, permainan yang menarik dan menguras emosi
    ayo ditunggu apa lagi.. segera bergabung ya dengan kami...
    add Whatshapp : +85515373217 ^_~

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Yuk Intip! ini Beda "Less vs Low Sugar" dan "Free Sugar vs Sugar Free"

Buat yang suka beli produk makanan atau minuman pasti gak asing dengan label "less sugar, low sugar, free sugar dan sugar free" pada kemasan. Terkadang label tersebut tertulis lebih besar dibandingkan dengan tulisan lainnya lo! Meningkatnya angka kejadian obesitas dan penyakit degeneratif salah satunya disebabkan oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Gula merupakan salah satu komponen dari karbohidrat yang jika dikonsumsi berlebihan dapat disimpan dalam bentuk lemak oleh tubuh. Selain itu, WHO juga memberikan rekomendasi untuk membatasi asupan gula per hari sebesar 25 gram atau setara 4 sdm.  Sehingga industri juga turut berperan dalam memberikan informasi label produk. Pencantuman klaim pada label produk khususnya di Indonesia diatur oleh BPOM. Perkembangan zaman, teknologi dan pengetahuan menyebabkan kita lebih  aware  terhadap produk yang akan kita makan termasuk dengan label pada produk. Yuk simak penjelasan beda "Less vs Low Sugar" dan &quo

Kenali "Gula Tersembunyi" dalam Makanan!

Gula merupakan bentuk lain dari karbohidrat. "Gula tersembunyi" yang akan diulas pada artikel ini akan berfokus pada jenis gula pada makanan yang telah diproses. Secara alami, gula terkandung pada berbagai macam pangan seperti makanan pokok, sayur dan buah. Namun, gula tambahan pada makanan yang diproses secara tidak sadar mengandung gula dan kalori yang lebih banyak. Gula tambahan tersebut tidak menimbulkan efek kenyang yang cepat sehingga konsumsi dalam jumlah banyak secara tidak sadar menyebabkan kelebihan asupan contohnya pada jenis minuman kemasan. Dalam membaca label gizi, terkadang kita hanya berfokus pada kata sugar  saja padahal ada banyak sekali jenis gula yang tidak disebut sebagai sugar   pada label makanan. Berikut beberapa jenis gula tersembunyi yang ada pada makanan yang diproses  High Fructose Corn Syrup (HCFS) Beet sugar Blackstrap molasses Brown sugar Buttered syrup Cane juice crystals Cane sugar Caramel Carob syrup Castor sugar Coconu

Tips Menurunkan Berat Badan dengan Sayur dan Buah!

Saya akan sedikit berbagi pengalaman pribadi saya melalui tulisan ini. Kurang lebih satu tahun yang lalu, tanpa saya sadari berat badan saya meningkat drastis dibandingkan berat badan sewajarnya. Saat itu, saya disibukkan dengan jadwal kuliah yang lumayan padat dan tugas-tugas kuliah yang tidak sedikit jumlahnya. Pola makan saya sangat buruk, sering begadang dan hampir tidak pernah melakukan olahraga. Akibatnya, berat badan meningkat sampai mencapai status gizi "overweight". Saya menyadari perubahan berat badan dikarenakan saya sering sekali memakan cemilan yang manis dan jarang sekali makan sayur dan buah. Bahkan, seringkali saya memesan makanan junk food untuk menghemat waktu saya terhadap jadwal kuliah yang padat. Kebiasaan makan saya yang berantakan dalam waktu lama tersebut menyebabkan berat badan saya meningkat drastis. Saya menyadari berat badan saya meningkat sebanyak 10 kg kurang lebih dalam waktu 6 bulan. Setelah mengecek berat badan tersebutlah yang membu